Minggu, 29 April 2012

Aku Iri, Tau.? Hhe

^_^ : mas, yang menyampaikan Al Quran hari ini, siapa?
 "_"  : wah orangnya pulang kampung nih, tp ntar
           diganti sama mubalighnya saja.
^_^ : gimana klo saya saja mas?
 "_"  : yah, sayang ada mubaligh cuma dianggurin
           doang, yakan.?
^_^ : . . . (hanya diam)

Percakapan itu membuat aku teringat masa lalu, saat baru lulus dari SMA dan harus memutuskan untuk hanya berdiam diri di rumah alias menganggur doang. Kenapa dulu tidak mondok saja sih, kan sudah bisa menjadi mubaligh sekarang. Penyesalan memang datangnya selalu terlambat, dan benar-benar mengesalkan. :(

Aku benar-benar iri terhadap orang yang bisa mondok, bisa menyampaikan ilmu yang paling bermanfaat di jagad ini, dan bisa memiliki prioritas menjadi pengajar karena ber-title-kan MT, dll. Ya aku iri, karena bagiku sangatlah susah untuk menjadi seperti mereka, apalagi di usiaku yang sudah hampir nisob ini dan juga ada sesuatu yang harus aku kerjakan dan itu benar-benar menyita waktuku.

Menjadi seorang mubaligh itu menurutku benar-benar pekerjaan yang paling kurup di dunia ini. Coba bayangkan, jika kita bekerja seharian dan mendapatkan hasil yang cukup untuk hidup sehari itu rasanya sudah menyenangkan, yakan? apalagi bila bisa sampai ditabung atau cukup untuk hidup sebulan, atau bahkan setahun atau sampai tujuh turunan tidak habis-habis. Oh, itu pasti sangat menyenangkan sekali. Tetapi semuanya itu kalah bila dibandingkan dengan menjadi seorang mubaligh, karena hasilnya sangat pol yaitu bisa kekal abadi selama-lamanya di surga nanti.

Kenapa demikian?

Karena ilmu yang disampaikan seorang mubaligh itu adalah ilmu yang bermanfaat, yang membuatnya mendapatkan kiriman pahala dari orang yang menyampaikannya lagi dan dari orang-orang yang mengamalkannya, dan juga dia akan terus mendapatkan kiriman pahala tersebut meskipun dia sudah mati sampai dia dibangkitkan kembali nanti, bener-bener pol, yakan?

Selain itu, pekerjaan seorang mubaligh merupakan pekerjaan yang sangat bermanfaat bagi orang lain. Orang yang tidak tahu agama bisa jadi paham karena adanya seorang mubaligh (perantara agama) yang memberitahukannya, ilmu agama yang semakin ditinggalkan juga akan tetap ada selama masih ada seorang mubaligh yang mau menurunkannya ke generasi dibawahnya. Dan Rosululloh juga pernah bersabda bahwa perbandingannya orang yang alim atau berilmu dengan orang yang rajin ibadah, itu sebagaimana Aku (Rosululloh) dibandingkan dengan sahabatKu yang paling rendah. Hal itu karena amalan orang yang rajin ibadah itu hanya bermanfaat untuk dirinya saja, sedangkan orang yang berilmu itu bisa bermanfaat untuk orang banyak.

Namun belakangan aku sering mendengar perkataan yang negatif tentang mereka, yaitu "sekarang seorang mubaligh dan mubalighot bukan menjadi jaminan bahwa orang tersebut paham tentang agama". Menurutku itu hanyalah oknum saja kq karena seorang mubaligh juga manusia, yakan? dan perkataan itu hanyalah propaganda iblis, sebuah demotivasi agar kita tidak menjadi seorang mubaligh-mubalighot. Padahal kalau dipikirkan secara logika berdasarkan dalil, apakah orang yang ilmu agamanya kurang itu bisa menjadi seseorang yang faqih..?

Ya itulah yang membuat aku iri dengan mereka, dan aku akan terus berusaha untuk bisa menyampaikan risalah Alloh dan Rosul-Nya layaknya mereka meskipun aku belum memiliki title MT. Dadio gurune jagad. SemangkA ^.^)/


Nb: rasa iri yang diperbolehkan adalah rasa iri yang membuat kita semangat untuk menjadi lebih baik bukan yang bisa menjadi benci sehingga mudah untuk memfitnah orang lain, waspadalah...!!!

Tidak ada komentar: