Selasa, 24 April 2012

Ayo Semangat Belajar Membaca Al-Quran

Kemarin malam, di tempat pengajianku diadakan pengetesan atau pengecekan membaca Al-Quran. Ada yang mendapatkan hasil kategori A yang berarti fasih sekali, kategori B yang berarti sudah fasih, kategori C yang berarti belum fasih dan sampai kategori D yang berarti belum lancar/bisa. Pengecekan ini bertujuan supaya jamaah di pengajianku itu bisa terpantau peningkatan kemampuan membaca Al-Qurannya, apakah ada peningkatan atau tidak. Dan 4 bulan kemudian akan dicek kembali.

Sebelum pengecekan ini dimulai, aku jadi teringat masa-masa SMA dulu ketika aku masih berada di kategori D yaitu belum lancar atau belum bisa. Tepatnya bukan tidak bisa membaca Al-Quran sama sekali tetapi saat itu aku belum mengenal banyak tentang ilmu tajwid. Saat itu yang ku tau hanya mengenai panjang pendeknya bacaan dan bacaan qolqolah saja. Mengenai bacaan yang harus samar (ikhfa) atau mendengung (gunnah), aku mengetahuinya hanya sedikit, tidak tau huruf apa saja yang harus dibaca demikian dan tidak tau kalau bacaan yang seperti itu panjangnya 3 harokat, dll.


Waktu masih di kategori itu rasanya aku takut sekali dengan acara pengetesan bacaan Al-Quran. Malu banget, sudah SMA tapi belum bisa membaca Al-Quran sesuai dengan tajwidnya. Dan karena itu aku jadi selalu takut, gerogi, dan gugup setiap kali disuruh membaca Al-Quran oleh tim pengecek bacaan. Apalagi saat bulan Ramadhan tiba, karena setiap bulan itu di mesjid tempat pengajian ku selalu diadakan tadarusan Al-Quran, dan yang membacanya ditunjuk oleh pak ustadznya langsung, sehingga membuatku malas untuk datang ke mesjid.

Setahun sampai dua tahun kemudian, masih juga belum ada peningkatan terhadap bacaan Al-Quran ku. Sampai suatu saat, sepupuku yang menjadi seorang mubaligh, bertugas di mesjid tempat pengajianku. Dia membimbingku dalam membaca Al-Quran secara face to face dan mengajariku ilmu tajwid. Tidak lama aku belajar dengannya, hanya selama bulan Ramadhan saja. Tetapi Alhamdulillah, aku sudah mulai bisa membaca Al-Quran sesuai dengan tajwidnya.

Meskipun sudah ada peningkatan, tetapi aku menganggap masih belum lancar membacanya, karena nafasku yang pendek dan rasa gugup yang selalu ada dihati, membuat bacaanku jadi tersendat-sendat dan kacau balau. Hingga sampai awal-awal masuk kuliah, kemampuan membaca Al-Quranku pun masih tetap dikategori C, tidak ada peningkatan.

Dr. Husein Tabatabai
Sampai suatu saat aku mendengar kabar bahwa ada anak kecil usia 7 tahun di negara Iran yang mendapat gelar doktor karena hapal dan paham dengan Al-Quran. Saat itu dipikiranku, ingin sekali menjadi seperti anak kecil itu, namun karena saat itu usiaku yang sudah kepala 2, jadi mungkin akan susah terwujud, sehingga aku mengubah keinginanku itu menjadi ingin memiliki anak yang seperti anak kecil itu. Dan ternyata, anak kecil itu bisa hapal Al-Quran diusianya yang baru 7 tahun karena ibunya yang hobi membaca Al-Quran, terus membacanya saat anak kecil itu masih ada di dalam rahim beliau.

Nah, sejak saat itulah aku mulai mempersungguh untuk bisa lancar dalam membaca Al-Quran. Tiap hari membaca Al-Quran minimal 3 ayat, ku rutinkan. Aku juga jadi suka lari pagi, biar nafasku yang pendek bisa menjadi panjang, sehingga bacaanku makin hari makin lancar saja. Dan aku juga berharap, calon bidadariku nanti juga hobi dalam membaca Al-Quran, supaya kita bisa bekerjasama dalam mewujudkan impianku itu.

Tidak ada komentar: