Senin, 20 Mei 2013

Anti Mainstream

Bismillah...
Assalaamualaikum...
Mungkin sekarang sudah waktunya aku cerita tentang diriku, maaf bila sedikit blak-blakan, dan bila ada yang marah karena tersinggung atau sakit hati, sabar ja' ya #peace.

Jadi begini ceritanya, aku mungkin adalah orang yang "anti mainstream" klo kata anak gaul zaman sekarang, atau lebih tepatnya adalah orang yang maunya berbeda daripada yang lain. Misalnya dalam hal musik, aku mungkin salah satu orang yang bisa hidup tanpa itu. Begitu juga dengan HP, TV, atau Buku-buku bacaan yang kebanyakan orang menyukainya atau hampir tidak bisa hidup tanpanya, tapi untuk aku ya biasa-biasa aja. Bukan tidak suka atau benci, tapi ya biasa-biasa ja'.

Orang lebih suka jalan-jalan, aku suka dirumah. Orang suka jajan, aku males jajan padahal itu untuk diriku sendiri. Dan yang akan aku bahas sekarang adalah orang-orang lebih suka dicintai oleh para wanita, sedangkan aku lebih suka mencintainya (bukan dibenci lho yaa).

Bila kalian mengenalku dari kecil, maka kalian akan tahu bila dari kecil aku suka dikejar2 anak perempuan. Kata mereka aku ngegemesinlah, pendiemlah, imutlah (amit-amit sih iya), padahal aku waktu kecil itu seperti sasuke, cool, sangat pendiem tapi Alhamdulillah, cerdas gtu. Hhi malah narsis, maaf. Ya jadi wajar deh kalo anak2 perempuan pada suka deketin, nyolek2 gk jelas, nyoret2 pipi, tangan dan belai2 rambut. Aku kan malu, makanya aku kabur, eh mereka malah ngejar2 aku.. bener2 masa2 suram.

Akhirnya aku bilang aja ke mama, trus mamaku melapor ke guru. Maka semua anak perempuan gk boleh ganggu aku lagi, Hhi itu cerita waktu ku masih SD. Saat SMP aku masih cupu juga, anak perempuannya juga  masih suka deket-deket dengan aku, masih suka pegang2 dan membelai rambutku gk jelas lah. Kalo waktu SD aku malu digituin, saat sudah SMP ini aku malah ngeri, karena ilmu dan usia yang mulai bertambah jadi takut melanggar.

Rabu, 15 Mei 2013

Powerful Ways to Find Missing Something


"Oay, who see my hi-tech pen..?" I asked all residents of boarding. It sounds redundant, because only a pen is missing. But for me it is very valuable pen. The pen is the weapon that has always accompanied me in search of knowledge.

I've never felt hard all day because my pen was carried away by my brother to the village. It feels really was really cranky. Moreover, my brain is fixated that the pen can not be replaced by other types of pens. It would, without a pen that I can be very lazy to come to study or seek knowledge privately.

And yesterday I feel the same, lazy to do anything. But Alhamdulillah, my friend has 2 hi-tech pen, so I could borrow one. Slightly diminished my sense of it is difficult. Jaza kallohu khoiro.

But I do not despair, I already know how powerful it was to find my pen, that is, by asking for prayers to Allah through urination. I know this way of my friend when he lost a key. And while there my roomate who lost his wallet, I told him to pray hunger, and he managed to find the missing wallet. So I can say that this is a powerful way, because two of my friends had been practicing and managed to find their lost items.

Rabu, 01 Mei 2013

Loving Allah the Series

Seandainya kita menghitung-hitung berapa jumlah uang yang telah kita shodaqohkan maka pasti untuk membeli sekarung berlian saja tidak akan cukup, namun demikian Alloh akan membalas dengan memberikan surga-Nya kepada kita.