Senin, 22 April 2013

Disini Ku tetap bisa Senang

Disini ku senang ketika melihat jutaan bintang bersinar pada malam hari yang cerah.
Disini ku senang ketika melihat anak usia 7 tahun sudah bisa sholat sendiri.
Disini ku senang ketika melihat anak-anak usia ±5 tahun sudah diarahkan datang sholat berjamaah.
Disini ku senang ketika melihat anak-anak usia kurang dari 2 tahun berkeliaran saat sholat di mesjid.


Disini ku senang ketika melihat mba-mbanya peduli membangunkan mas-masnya untuk sholat malam.
Disini ku senang ketika melihat mba-mbanya ada yang masih berdoa ketika ku sudah selesai berdoa.
Disini ku senang ketika melihat santri-santri pondok yang beramal sholeh membersihkan mesjid.
Disini ku senang ketika melihat kekompakan muda-mudi saat pergi mengaji bersama.

Disini ku senang ketika mendengar suara adzannya mas pendekar yang mirip adzannya pak Sabiq.
Disini ku senang ketika sholat shubuhnya dengan bacaan surat yang panjang.
Disini ku senang ketika awal bulan kami mengaji di rumah-rumah dan bermusyawaroh bersama.
Disini ku senang ketika mengetahui bahwa SHU UB bisa mencapai 30%.

Meskipun semuanya tidak bisa membandingi rasa senangnya ketika ku melihat mu datang mengaji, namun disini ku tetap bisa senang, yakan? Karena susah-senang ada didalam hati.